Jalal, Syahin (2022) Studi Fenomenologi Praktik Poligami Sirri Kiai-kiai di Madura. Masters thesis, Institut Agama Islam Negeri Madura.
Text
1. Syahin Jalal_18380021020_Cover_HKI..pdf Download (328kB) |
|
Text
3. Syahin Jalal_18380021020_Lembar Persetujuan_HKI.pdf Download (167kB) |
|
Text
4. Syahin Jalal_18380021020_Lembar Pengesahan_HKI.pdf Download (270kB) |
|
Text
6. Syahin Jalal_18380021020_Daftar Isi_HKI.pdf Download (14kB) |
|
Text
5. Syahin Jalal_18380021020_Abstrak_HKI.pdf Download (269kB) |
|
Text
7. Syahin Jalal_18380021020_BAB I_HKI..pdf Download (685kB) |
|
Text
8. Syahin Jalal_18380021020_BAB II_HKI..pdf Download (870kB) |
|
Text
9. Syahin Jalal_18380021020_BAB III_HKI..pdf Download (426kB) |
|
Text
10. Syahin Jalal_18380021020_BAB IV_HKI..pdf Download (648kB) |
|
Text
11. Syahin Jalal_18380021020_BAB V_HKI..pdf Download (703kB) |
|
Text
12. Syahin Jalal_18380021020_BAB VI_HKI..pdf Download (531kB) |
|
Text
13. Syahin Jalal_18380021020_Daftar Pustaka_HKI..pdf Download (1MB) |
|
Text
2. Syahin Jalal_18380021020_Pernyataan Keaslian Tulisan_HKI.pdf Download (194kB) |
Abstract
Kata Kunci: Poligami Sirri, Kiai, Madura Islam memandang pernikahan merupakan cita-cita ideal yang tidak hanya mempersatukan laki-laki dan perempuan, tetapi ia merupakan kontrak sosial yang dengan segala aneka ragam tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga pernikahan dianggap sebagai akad paling sakral dan agung dalam sejarah perjalanan hidup manusia, yang dalam Islam disebut mitha>qan ghalidha> yakni akad yang kuat untuk mentaati perintah Allah, dan bagi yang melaksanakannya merupakan ibadah. Pernikahan merupakan salah satu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk meneruskan keturunan dan melestarikan kehidupannya, setelah masing-masing pasangan siap melaksanakan peran yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Namun, bagaimana jadinya jika seorang laki-laki yang sudah punya pendamping hidup (istri) menginginkan untuk menikah lagi (poligami), ataupun ada seorang istri yang mencarikan istri baru (istri muda) bagi suaminya. Secara perundang-undangan, setiap pernikahan harus didaftarkan pada kantor urusan agama untuk mendapatkan legitimasi hukum, namun masih ada masyarakat yang enggan melakukan hal tersebut, terlebih untuk pernikahan poligami sehingga hal ini lebih dikenal dengan istilah “poligami sirri”. Di Madura, poligami sirri ini sering dilakukan oleh para elit sosial seperti para kiai dengan berbagai macam motif dan latarbelakang. Para perempuan atau masyarakat ada yang tidak berdaya untuk menolak pinangan poligami sirri tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apa yang melatarbelakangi poligami sirri kiai dan ketidak berdayaan masyarakat dalam menerima pinangan di Poligami?, (2) Bagaimana dampak poligami sirri terhadap keharmonisan keluarga Kiai-kiai di Madura? Dan apa makna simbolik poligami kiai di Madura? Untuk menjawab permasalahan ini, dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field reseach). Sumber data diperoleh dari para pelaku poligami (kiai) dan istri-istri beliau. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya dalam penulisan ini meliputi reduksi data, display data, dan kesimpulan/verifikasi. Dalam menengecek validitas dan keabsahan data, peneliti melakukan pemeriksaan yang didasarkan atas empat kriteria, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, hal yang melatarbelakangi poligami sirri kiai-kiai di Madura, yaitu: (1) melaksanakan anjuran agama dan takut terjerumus pada zina, (2) mengharapkan dan memperbanyak keturunan, (3) istri tidak mampu menjalankan kewajiban, (4) mengangkat derajat sosial dan ekonomi, (5) takdir atau ketentuan tuhan, (6) dakwah, dan (7) dorongan biologis (hawa nafsu). Adapun yang membuat beberapa masyarakat tidak berdaya menolak xv lamaran poligami kiai di Madura adalah: (1) kepatuhan dalam melaksanakan ajaran agama (doktrin agama), dan (2) rasa hormat dan takdzim kepada orang tua dan guru; kedua, poligami sirri yang dilakukan oleh kiai-kiai di Madura sedikit banyak berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga, terutama secara emosional bagi istri yang dimadu. Namun karena kiai adalah sosok panutan umat, ia bisa meredam permasalahan dalam keluarga dengan berusaha berlaku adil, menjaga perasaan pasangan, menjaga tanggungjawab, mendoakan keluarga; ketiga, adapun makna simbolik poligami kiai di Madura adalah untuk menegasikan ke-kiai-annya dan juga melestarikan tradisi yang ada dalam trah kiai selaku elit sosial. Berdasarkan uraian di atas menujukkan bahwa banyak hal yang dapat diambil pelajaran dari praktik poligami yang dilakukan kiai di Madura, dibutuhkan keterbukaan dalam keluarga untuk tetap menjaga keharmonisan keluarga; dalam melakukan poligami, hendaknya pelaku poligami dapat berlaku adil, menjaga perasaan pasangan, menjaga tanggungjawab, dan mendoakan keluarga; dalam melakukan poligami harus diniatkan untuk menjalankan perintah agama dan dalam rangka mendakwahkan kebaikan serta memperbanyak keturunan yang shalihin-shalihat.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | A General Works > AC Collections. Series. Collected works A General Works > AS Academies and learned societies (General) H Social Sciences > H Social Sciences (General) H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform K Law > K Law (General) |
Divisions: | Program Pascasarjana > Hukum Keluarga Islam (Ahwal Al-Shakhshiyah) |
Depositing User: | Mr. Qori` wahyudi |
Date Deposited: | 02 Dec 2024 02:49 |
Last Modified: | 02 Dec 2024 02:49 |
URI: | http://etheses.iainmadura.ac.id/id/eprint/7644 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |